head

Arsip Blog

Minggu, 16 Januari 2011

hilangkan stes

Stres pada dasarnya bukanlah penyakit. Tapi jika stres itu sudah menyebabkan seseorang merasa terbebani hingga menurunkan kemampuan seseorang, menimbulkan keluhan pada fisik dan psikis, serta menghambat psikososial (pergaulan, pekerjaan, pemanfaatan waktu senggang), maka stres tidak bisa lagi dianggap remeh, dan harus segera ditangani.

Sebenarnya stres itu sendiri adalah respon mental seseorang dalam menghadapi berbagai persolan. Kendati stres sangat tidak diharapkan "kehadirannya", namun dalam beberapa kasus, stres diperlukan dalam hal pengembangan kepribadian.
Secara kasat mata, memang sulit membedakan mana orang yang stres dan tidak stres. Akan tetapi secara psikologis, stres bisa tampil dalam wujud, seperti perasaan cemas, khawatir berlebihan hingga menimbulkan sikap agresif, emosi labil (mudah tersinggung), malas, apatis, hingga frustasi.
Dr. Suryo Dharmono SpKJ, dalam sebuah acara kesehatan tentang "Depresi" yang diselenggarakan oleh Euginia Communication, beberapa waktu lalu, di Jakarta, mengungkapkan bahwasanya seseorang memiliki kesempatan terserang depresi dalam seumur hidupnya sekitar 10 persen.
"Dalam ukuran lifetime prevalensi, setiap orang mempunyai 10 persen kesempatan mengalami depresi dalam seumur hidupnya. Namun jika di ukur dari jumlah penduduk di satu kota, bisa diperkirakan bahwa ada sekitar 5 persen dari jumlah penduduk suatu kota yang berpotensi mengalami depresi," terang Dr. Suryo.
"Jadi sebenarnya stres atau depresi itu sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari kita. Dan sangat sulit membedakan mana orang yang terserang depresi, stres dan anxietas (gejala kecemasan), karena gejalanya sangat mirip satu sama lain," lanjutnya.
Lalu, bagaimana caranya Anda bisa mendeteksi apakah Anda terserang stres atau tidak? Hmm...cukup mudah! Kalau seketika dilanda perasaan murung, sering sedih tanpa sebab yang pasti, kehilangan minat dari hal-hal yang Anda senangi, mudah letih, kehilangan nafsu makan, sulit tidur, kehilangan gairah seksual (pada mereka yang sudah menikah), dan pesimis, maka itu adalah tanda-tanda Anda sedang mengalami stres.
Kalau sudah demikian, segeralah ambil tindakan untuk mengenyahkan stres dan pulihkan diri Anda dengan melakukan beberapa tips berikut ini:
  • Cobalah untuk memperbaiki pola tidur Anda menjadi lebih teratur lagi (6-8 jam).
  • Menyikapi hidup lebih positif yakni dengan berpikir rasional dan objektif, serta cobalah menerima sesuatu hal yang memang pada dasarnya tidak dapat diubah lagi.
  • Luangkahlah waktu untuk diri sendiri, minimal 30 menit setiap harinya untuk melakukan hal-hal yang bisa membuat Anda lebih rileks, seperti spa, meditasi, yoga, atau relaksasi.
  • Kembangkanlahsisi spiritualitas Anda, yakni dengan belajar lebih memahami diri sendiri, berusaha lebih mengerti orang lain dan yang tidak kalah pentingnya adalah kenalilah lebih mendalam siapa yang menciptakan kita (Tuhan YME).
Namun, jika Anda sudah tidak mampu lagi menanginya sendiri dan stres terus "mengerogot" waktu dan kesempatan Anda untuk mengembangkan diri, maka itu pertanda kalau Anda membutuhkan bantuan seorang ahli. Kapankah itu?
Ketika Anda sudah merasakan kecemasan yang hebat, depresi berkepanjangan, keluhan fisik menahun tanpa penyebab yang pasti (berdebar-debar, diare, gemetar, keringat dingin, sakit maag), emosi menjadi sangat labil, disfungsi kehidupan sosial (mengurung diri), muncul halusinasi dan delusi, itu adalah tanda-tanda stres sudah berada pada tingkatan 'kronis', dan dibutuhkan penanganan dari sang ahli.
"Kalau stres sudah sangat menggangu kehidupan dan orang yang terserang stres tidak bisa lagi kompromi dengan stres-nya, maka saat itulah ia membutuhkan bantuan ahli," terang Dr. Suryo.
Lebih lanjut Dr. Suryo menerangkan bahwa saat ini sudah banyak orang yang tidak malu atau ragu datang kepada psikolog atau psikiater untuk menangani keluhan mentalnya seperti contohnya stres atau depresi, karena kalau sudah mengkhawatirkan maka harus segera ditangani oleh ahlinya.
Penanganan profesional yang akan diberikan kepada penderita stres bisa beragam. Mulai dari konseling, psikoterapi (terapi perilaku, terapi kognitif, terapi kognitif dan perilaku, psikoanalisis, hipnoterapi), sampai psikofarmaka yaitu pemberian obat untuk membantu mengatasi stres yakni dengan pemberian antidepresan, antianxietas atau mood stabilizer.
"Tentunya penanganannya tentunya akan disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap tingkatan stres. Kalau stresnya masih tergolong ringan, maka akan diberikan konseling. Tapi kalau sudah cukup parah dan butuh obat yang bisa menenangkan pasien, maka pemberian obat seperti antidepresan akan diberikan. Semuanya dilakukan secara bertahap agar pasien bisa lebih nyaman dalam proses pemulihan," kata Dr. suryo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

iklan