head

Arsip Blog

Kamis, 27 Januari 2011

KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA IBARAT FENOMENA GUNUNG ES

Kasus penyalahgunaan narkotika diibaratkan sebagai fenomena gunung es. Semakin ditangani, kasus yang terungkap semakin banyak. Semakin tahun, semakin tinggi pengguna narkotika tersebut. Akan tetapi saat kasus penyalahgunaan narkotika tidak dikejar, maka kasus tersebut terlihat biasa.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf saat menghadiri Rapat Evaluasi Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jatim di Hotel Narita Surabaya, Selasa (18/1).
Fenomena gunung es terjadi disebabkan karena tidak semua orang mau segera melapor jika ada anak atau saudara yang terkena. ”Banyak yang tidak melapor dikarenakan malu, khawatir dan seterusnya,” ujar Gus Ipul sapaan akrab Wagub Jatim.
Untuk menanggulangi fenomena tersebut, Wagub mendukung langkah-langkah yang dilakukan BNP Jatim. Pertama, pencegahan menjadi salah satu hal yang paling penting. Pencegahan tersebut diaplikasikan dalam promosi, publikasi, pengertian terhadap masyarakat supaya orang tua dan masyarakat tergerak ikut mengantisipasi peredaran narkoba.
Ia menjelaskan, pencegahan dengan promosi dan sosialiasi terus dilakukan, agar masyarakat menyadari bahwa ancaman narkoba ada sekitar kita. “Ancaman tersebut suatu saat bisa kena kita, saudara, dan sebagainya,” katanya.
Kedua, penegakan hukum dilakukan bekerja sama dengan jajaran kepolisian. BNP Jatim punya alat yang ditaruh di Juanda. Dengan alat itu, sejumlah orang ditangkap. ”Tidak disangka yang tertangkap adalah orang dari Iran, Malaysia, negara-negara yang religius. Ini menunjukkan bahwa di samping dalam negeri ada, kiriman dari luar negeri juga masuk,” ujarnya.
Ketiga, teknologi diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan narkotika. Saat ini, teknologi bisa mempercepat penangkapan pengguna narkotika. ”Mereka semua bisa ditangkap karena adanya teknologi,” kata Gus Ipul.
Keempat, mengenai terapi dan rehabilitasi. Wagub mengatakan, terapi dan rehabilitasi itu memiliki manfaat. BNP diharapkan terus melakukan inovasi pada bentuk terapi. Sebagai contoh, kombinasi medis dengan spiritual itu sudah dilakukan dan efektif untuk menyembuhkan pengguna narkotika.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jatim Roetji Roeshardjanto mengatakan, untuk mendukung langkah-langkah yang dilakukan, BNP Jatim perlu adanya penambahan personil untuk bidang pencegahan/sosialisasi penyuluhan-penyuluhan.
Kondisi saat ini, jumlah pegawai BNP Jatim berjumlah 54 orang terdiri dari 41 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 13 orang tenaga outsourcing. Ia menjelaskan, BNP menginginkan bergabungnya beberapa staf dari dinas sosial. “Kita perlu untuk terapi rehabilitasi dari dinas sosial,” ujarnya.
Roetji menjelaskan, seseorang yang melakukan rehabilitasi perlu diberikan keahlian. ”Keahlian ini yang punya adalah dinas sosial. Saat ini belum ada tenaga ahli dari dinas sosial. Idealnya ada 5-10 orang dari dinas sosial,” imbuhnya.
Ia menambahkan, BNP Provinsi Jatim bekerja sama dengan Badan Narkotika Kabupaten/Kota dan lembaga sosial masyarakat (LSM) yang berkaitan dengan pembinaan after care. Pembinaan after care merupakan tindak lanjut dari hasil pembinaan rehabilitasi. Para pecandu seusai rehabilitasi akan dibina untuk membuat makanan, kerajinan dan sebagainya (Humas Setda Prov. Jatim/gd **).

sumber :http://birohumas.jatimprov.go.id/index.php/component/content/article/34-berita-humas/771-kasus-penyalahgunaan-narkotika-ibarat-fenomena-gunung-es

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

iklan