Agenda Pemilihan Umum Kepala Daerah sudah mulai dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia. Pemilihan yang dilaksanakan secara langsung ini, tentu saja bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih sendiri pemimpin mereka. Namun tak jarang dalam pelaksanaannya, seringkali terdapat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Hal ini terutama disebabkan oleh calon maupun massa pendukung calon yang siap menang tapi tidak siap kalah.
Mobilisasi massa yang begitu besar apalagi dipersenjatai dengan bom molotov, pentungan maupun alat-alat kekerasan lainnya tentunya tidak akan terjadi apabila masing-masing pihak (terutama pelaku kekerasan) lebih mengedepankan akal sehat daripada sekedar emosi yang membabi buta. Saya begitu sedih, mengapa pembelajaran demokrasi di negeri ini seringkali harus dibayar dengan harga yang sangat mahal sampai mengorbankan nyawa manusia maupun nyawa ideologi bangsa ini. Apakah ini perwujudan suatu bentuk akumulasi emosi ataupun kekesalan yang dipendam selama bertahun-tahun? Yang jelas, tidak akan pernah ada alasan yang dapat membenarkan kekerasan sebagai jalan penyelesaian masalah.
Puluhan mobil dibakar (termasuk mobil wakil walikota), gedung dirusak, aparat keamanan dilempari bom molotov dan sederet tindakan anarkis dilakukan oleh massa yang diduga pendukung salah satu calon Bupati Mojokerto yang tidak lolos seleksi. Duh Gusti…saya tidak bisa membayangkan jika hal serupa terjadi di Kota Magelang yang sangat saya cintai ini. Betapa hati ini akan marah jika simbol-simbol Pemerintahan diinjak-injak dan dilecehkan. Bilamana mobil Walikota maupun Wakil Walikota yang biasanya terparkir rapi di depan gedung Sekretariat Daerah dirusak dan dibakar massa, apakah mereka tidak menyadari bahwa mereka merusak ‘kehidupan’ mereka sendiri. Bagaimana begitu sulitnya pengajuan anggaran untuk mengadakan asset maupun memelihara asset daerah selama ini. Dan…bum! dalam satu hari mereka berhasil memporak-porandakan dan merusak daerah mereka sendiri.
Sekali lagi, pembelajaran demokrasi di negeri ini memang masih harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. Sebagai bagian dari Kota Magelang baik sebagai pihak yang ikut membantu berjalannya pemerintahan Kota ini (walaupun dalam porsi yang sangat amat kecil sekali) maupun sebagai seorang anak manusia yang peduli dan sangat mencintai Bumi Tidar ini, saya sangat mengharapkan agar kita bisa mengambil hikmah dari kejadian di Mojokerto. Bagaimana kita bisa bersaing secara sehat, siap menang dan menyejahterakan rakyat serta siap kalah dan mendukung yang menang. Tidak perlu ada mobilisasi massa yang bertujuan untuk melakukan tindakan anarkis yang merusak asset-asset daerah yang sebagian juga dibiayai oleh uang masyarakat sendiri. Tidak usah saling dorong dengan aparat di tengah panas yang menyengat kalau kita bisa saling bermusyawarah di tempat yang sejuk dan dengan hati yang dingin.
Semoga Pemilukada Kota Magelang dapat berjalan dengan lancar dan mohon dukungan semua pihak atas pelaksanaan agenda ini. Semoga, siapapun nanti yang diberikan amanah dapat lebih menyejahterakan Kota Magelang dan menjadi pemimpin yang dapat menjadi tauladan bagi masyarakat. Hamemayu Hayuning Bawono.
sumber gambar dan gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar